Kamis, September 11, 2008

Rekomendasi WHYO

Om Swastyastu,
Salam
Saya baru saja selesai "menyepi" di sebuah tempat yang tidak bisa membaca koran dan menonton televisi, hanya bisa komunikasi lewat telepon, sejak Sabtu 6 September. Sesampai di Denpasar ada hal penting yang saya temukan di meja kerja:
1. Pesan dari Bpk. Ketut Wiana (Ketua Sabha Walaka PHDI Pusat). Isi: "Pak Putu jangan gusar membaca berita di harian lokal terbitan Minggu 7 September. Ucapan saya dipelintir, saya tak pernah menyinggung film Drupadi, apalagi memprotes, yang ditanyakan ke saya soal siapa Drupadi itu -- dan itu pun sudah lama kita perdebatkan."
2. Pesan dari Bpk I Gusti Ngurah Sudiana (Ketua PHDI Prov. Bali). Isi: "Saya sudah protes ke Redaksi Koran .... (menyebut nama koran), karena ucapan saya disalah-artikan pada beritanya yang terbit Senin 8 Sep. Saya sama sekali tidak menyinggung soal film Drupadi, Pak Putu jangan percaya begitu saja, nanti kita ketemu..."
3. Surat dari WHYO. Isinya, soal rekomendasi hasil diskusi di Denpasar di mana saya disebut ikut menandatangani rekomendasi itu. Melihat dari formatnya, rekomendasi ini hanya ditandatangani oleh 4 orang, terdiri dari dua kertas yang isinya sama. Satu kertas masing-masing ditandatangani oleh dua orang. Selebihnya adalah lampiran "penandatangan" yang diambilkan dari peserta diskusi.
Terlepas dari sengaja atau tidak untuk memberi kesan "dukung-mendukung", ternyata rekomendasi hasil diskusi itu SAMA SEKALI TAK MENYINGGUNG FILM DRUPADI. Dari lima point rekomendasi, isinya adalah hal-hal umum yang intinya bagaimana umat Hindu harus bersikap jika ada pelecehan terhadap simbol agama Hindu. Bahkan isi rekomendasi sejalan dengan apa yang saya sampaikan dalam diskusi itu, di mana saya tak hadir sepenuhnya, termasuk ketika menyusun hasil rekomendasi. Jadi, andaikata Panitia (WHYO) menghubungi saya usai diskusi dan menanyakan apakah saya mendukung rekomendasi itu, saya akan memberikan dukungan. Karena rekomendasi ini jelas beda dengan pernyataan WHYO sebelumnya.
Dengan demikian, media masa (cuma satu koran di Bali) yang "memelintir" masalah ini. karena memberi kesan seolah-olah rekomendasi hasil diskusi di Bali itu memang ditujukan kepada Film Drupadi atau bahkan "tetap memprotes" film Drupadi. Kenyataan tak seperti itu, rekomendasi WHYO ternyata bijak, hanya mempermasalahkan hal-hal umum, bukan membicarakan suatu kasus. Lagi pula tidak ditujukan ke luar, tetapi ke dalam umat Hindu.
Karena faktanya begini, postingan saya di bawah ini "Saya dan WHYO" akan saya cabut dalam satu dua hari ini. Karena postingan itu dibuat ketika saya "menyepi" dan berdasarkan telepon seorang wartawan yang menyatakan saya menyetujui pernyataan WHYO -- saya kira yang dimaksud pernyataan WHYO sebelumnya.
Terimakasih kepada semua pihak yang peduli masalah ini atas kesalah-pahaman yang terjadi. Selamat berkarya untuk crew Film Drupadi dan tetap meneruskan film yang mengangkat citra wanita dari khazanah susastra Hindu ini, selamat berjuang untuk adik-adik di WHYO, dan bagi insan perss sebaiknya kita mulai menghindari (minimal memperkecil) gaya pemberitaan infotainment yang bertumpu pada gossip.
Salam sejahtra
Om Shanti, Shanti, Shanti, Om

Tidak ada komentar:


Free Blog Content