Jangan katakan cinta, jika tak dapat mencintai. Jangan katakan sayang, jika tak dapat mengasihi. Jangan katakan kebenaran, jika tak dapat membedakan. Jangan katakan kesucian, jika tak ada kebenarannya. Jangan katakan mengerti, jika tak dapat berbagi.
Renungan Singkat
Berhentilah melihat dengan mata, mendengar dengan telinga, dan berpikir dengan rasio. Hayatilah keberadaanmu dengan kekosongan ego, dan akan kau temui dikau bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Kekosongan itu adalah Jati Dirimu yang Sejati.
Renungan Singkat
Di Istana tinggal Raja, Ratu, Patih, Dayang-dayang, juga para hamba dan hewan piaraan. Di surga juga begitu, ada tingkat-tingkat, namun kedudukan itu sesuai dengan amal dan karma yang dilakukan di dunia. Hamba di dunia nyata bisa jadi Raja di surga, dan sebaliknya. Beramal dan berkarma baiklah di dunia nyata ini.
Lahir dengan nama Putu Setia, tanpa embel-embel apapun, seolah orangtuanya meminta agar ia mencari embel-embel itu. Tapi ia cuek.
Namun, ketika usianya 40 (lahir 4 April 1951), ia menggebrak. Ia salah satu pendiri Forum Cendekiawan Hindu Indonesia, menjabat Ketua Umum. Ia memprakarsai penerbitan buku “Kasta: Kesalahpahaman Berabad-abad". Ia terus menggebrak, mendirikan penerbit yang mencetak buku Hindu (PT Pustaka Manikgeni), lalu majalah Hindu (Raditya), dan ia terus berkoar menggugat kasta.
Kini, kasta tak lagi dipermasalahkan, hanya di daerah tertentu masih digunakan. Yang ada di Bali bukan “kasta” tetapi “warna” ajaran Hindu yang memberi kesempatan orang untuk menjadi “apa saja”. Kalau jadi Brahmana, belajarlah ritual agama. Kalau jadi Wesya, belajarlah berdagang, dan seterusnya.
Nah, setelah pensiun dari Tempo, 4 April 2006, Putu bertekad menjadi Brahmana. Ia belajar pada tiga Guru Nabe, dan Rabu 18 Juni 2008, Putu berhasil masuk ke dalam “rahim brahmana” dengan gelar Ida Bhawati. Ditargetkan, ia lahir sebagai “brahmana sejati” (Pandita) pada pertengahan tahun 2009, tentu kalau Tuhan memberi jalan, astungkara.
Buku karya Putu Setia. Mendapat penghargaan buku non fiksi terbaik tahun 1989. Sudah terbit dalam edisi Jepang (cetakan kedua) dan Inggris. Edisi Indonesia tidak diterbitkan lagi.
Mendebat Bali
Buku karya Putu Setia. Terbit tahun 2002 cetakan keempat masih beredar, harga Rp 30.000,-
Bali yang Meradang
Buku karya Putu Setia. Terbit tahun 2006, cetakan ketiga masih beredar harga Rp 30.000